Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia
saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai
kebenaran.[1] Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang
tidak selalu benar -- atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran.
Contoh: Pada suatu masa, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat
tata surya, belakangan disadari bahwa keyakinan itu keliru. Kepercayaan adalah
suatu keadaan psikologis pada saat seseorang menganggap suatu premis benar.[2]
Takdir Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini
yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu mengenai kadar atau ukurannya,
tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi tentu
ada takdirnya, termasuk manusia.1) Takdir dalam agama Islam Umat Islam memahami
takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana
dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari
informasi Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara
keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala
sesuatu yang sudah terjadi. Untuk memahami konsep takdir, jadi umat Islam tidak
dapat melepaskan diri dari dua dimensi pemahaman takdir. Kedua dimensi dimaksud
ialah dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan. Dimensi ketuhanan Dimensi ini
merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang menginformasikan bahwa Allah
maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan Takdir. • Dialah
Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin (Al Hadid / QS. 57:3).
Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu masa
lalu, kini atau akan datang). • Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu
dan sungguh telah menetapkannya (takdirnya) (Al-Furqaan / QS. 25:2) • Apakah
kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di langit dan
bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu sangat
mudah bagi Allah (Al-Hajj / QS. 22:70) • Dia menciptakan apa yang
dikehendaki-Nya (Al Maa'idah / QS. 5:17) • Kalau Dia (Allah) menghendaki maka
Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya (Al-An'am / QS 6:149) • Allah
menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat (As-Safat / 37:96) • Dan hanya
kepada Allah-lah kesudahan segala urusan (Luqman / QS. 31:22). Allah yang
menentukan segala akibat. Dimensi kemanusiaan Dimensi ini merupakan sekumpulan
ayat-ayat dalam Al Quran yang meginformasikan bahwa Allah memperintahkan
manusia untuk berusaha dengan sungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita dan
tujuan hidup yang dipilihnya. • Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia
(Ar Ra'd / QS. 13:11) • (Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun (Al Mulk / QS. 67:2) • Sesungguhnya orang-orang
yang beriman, orang-orang Yahudi, Nasrani, Shabiin (orang-orang yang mengikuti
syariat Nabi zaman dahulu, atau orang-orang yang menyembah bintang atau
dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah
dan hari kemudian, dan beramal saleh, maka mereka akan menerima ganjaran mereka
di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan tidak juga mereka
akan bersedih (Al-Baqarah / QS. 2:62). Iman kepada Allah dan hari kemudian dalam
arti juga beriman kepada Rasul, kitab suci, malaikat, dan takdir. • ...
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang
ingin (kafir) biarlah ia kafir... (Al Kahfi / QS. 18:29) Implikasi Iman kepada
Takdir Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan
dirinya. Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah
ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan
terjadi. Kemampuan berfikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan,
proyeksi dan perencanaan yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya
tidak selalu sesuai dengan keinginannya. Manuisa hanya tahu takdirnya setelah
terjadi. Oleh sebab itu sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam
menjalani hidup di dunia ini, diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa
untuk merubahnya. Usaha perubahan yang dilakukan oleh manusia itu, kalau
berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah melarangnya untuk menepuk dada
sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya usahanya itu dinialianya gagal
dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap dirinya sumber
kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai kesombongan yang dilarang
juga (Al Hadiid QS. 57:23). Kesimpulannya, karena manusia itu lemah (antara
lain tidak tahu akan takdirnya) maka diwajibkan untuk berusaha secara
bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu beribadah kepada Allah.
Dalam menjalani hidupnya, manusia diberikan pegangan hidup berupa wahyu Allah
yaitu Al Quran dan Al Hadits untuk ditaati. Agama Agama menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga
disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan
kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Kata
"agama" berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti
"tradisi".[1]. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah
religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja
re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan
berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Definisi Definisi tentang
agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan
tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada
agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu.
Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik
persamaannya dan titik perbedaannya. Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran
dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang
luar biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari
sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam
sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God, Syang-ti,
Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha
Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll. Keyakinan ini membawa manusia
untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri , yaitu
: • menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin
berasal dari Tuhan • menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini
berasal dari Tuhan Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama
itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3
unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang
mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar